Cerita ini mungkin hampir sama dengan blog ku sebelumya.
Same story but different version.
Sebenarnya aku agak bimbang untuk cerita ini, takut apa yang akan aku ceritakan ini bukan jadi motivasi tapi malah bikin down.
But I don't give a f*ck about what other people say.
Cerita ini bermula saat temen aku sering terkena demam. Demam hanya sehari kemudian besoknya demam itu sembuh. Kemudian besoknya demam lagi dan hari berikutnya demam tersebut sembuh. Begitu terus sampai beberapa hari.
Dia mengira itu sakit biasa karena kecapekan, karena emang kondisi kerjaannya pada saat itu memang lumayan padat. Karena mendekati akhir tahun.
Seminggu kemudian dia mulai diare, dan diare ini bukan diare biasa. Bukan diare karena abis makan cabe atau karena sakit maag.
Dia coba minum obat diare tapi tidak kunjung sembuh.
Dia pun coba minum obat maag, karena kotoran yang keluar seperti bau bahan kimia yang menyengat.
Dua minggu kemudian, ahirnya dia mulai curhat ke aku.
Aku menyarankan untuk tes darah (takut hal buruk menimpa dia, seperti Alm. sahabat ku).
Hampir 3 minggu berlalu tapi dia masih belum mau untuk ke tempat tes, karena weekend selalu sibuk--maklum dia bekerja di club malam.
Di minggu ke empat, dia akhirnya bersedia untuk aku ajak ke tempat tes VCT.
Pagi itu, hari Kamis tanggal 10 Januari 2019.
Tahap PERTAMA.
Kita berdua masuk ke ruang counselor. Setelah temen aku di beri arahan dan di tanya-tanya tentang kehidupan sexual, barulah temen aku cerita panjang lebar tentang apa yang membuat dia bersedia untuk melakukan tes.
Dia juga bercerita kalau dia sempat melakukan 'kegiatan beresiko' (melakukan hubungan sex tanpa pengaman). Enggak ada sedikitpun yang dia sembunyikan saat itu. Prosess ini berlangsung sekitar 15 menit.
Temen ku masuk ke ruang pengambilan darah, ini merupakan Tahap KEDUA.
Proses pengambilan darahnya berlangsung cepat. Setelah itu temen aku di suruh menunggu hasilnya.
Sekitar 2 jam kita menunggu. Akhirnya hasil tes darah temen ku keluar.
Aku bersama temen ku masuk ke ruang pembacaan hasil tes (orang-orang di klinik tersebut menyebutnya Ruang Biru), yaitu Tahap KETIGA.
Di ruang biru itu, aku melihat ada guratan rasa kuatir di raut mukanya. Tidak banyak hal yang aku lakukan untuk mencoba menenangkanya. Aku cuma beberapa kali menepuk pundaknya.
Dan ternyata hasilnya adalah...
REAKTIF (yang artinya Positive HIV)
Aku sedih pada saat itu, sedih menerima kenyataan bahwa ini kali kedua aku mengetahui bahwa temen aku berstatus Positive HIV. Panik, sedih, gelisah, dan terus mencoba terlihat tenang di hadapan temen ku.
Untungnya temen ku dapat konselor yang menurut ku sabar. Terus memotivasi dia dengan sabar dan ikhlas. Setelah proses pembacaan hasil tes. Kita pindah ke ruangan yang berada di sebelahnya.
Tahap KEEMPAT. Ruang Kepala Puskesmas.
Ketemu dengan dokter yang akan menangani temen ku mulai dari hari ini. Di tahap ini dokter memberi penjelasan yang lebih spesifik lagi. Hasil pemeriksaan menunjukan adanya 2 PMS (Penyakit Menular Sexual) yaitu sipilis dan kondiloma akuminata. Jadi 2 PMS itu harus di sembuhkan dahulu sebelum terapi ARV
Satu kalimat yang sangat di tekankan sang dokter ke temen aku waktu itu adalah, 'kamu harus jaga kesehatan, makan teratur, istirahat yang cukup, dan konsumsi vitamin'.
Dokter mengenalkan seorang pendamping yang akan mendampingi temen ku, menjadi tempat curhat dan tempat saran tentang kondisi kesehatannya.
Sebenernya temen ku berharap untuk segera menjalani terapi ARV, tapi ternyata dia harus nunggu waktu sekitar 90 hari (minum antibiotik selama 90 hari nonstop untuk pengobatan PMS.
Setelah 90 hari berlalu, temen aku masih belum bisa mengonsumsi obat ARV. Dia di beri Cotrim selama 1 minggu. Obat ini harus di minum tepat waktu (watunya tergantung kesepakatan awal, dan tidak boleh berubah). Obat ini mempunyai efek samping yang hampir sama dengan obat ARV
18 April 2019, temen akhirnya mulai proses ARV. Dan proses itu berlangsung sampai hari ini.
Berat badan temen aku sekarang makin naik, yang awalnya 45 kg sekarang jadi 65 kg.
Long story short. Tujuannya aku nulis tentang temen aku ini adalah LOVE YOUR SELF, PROTECT YOURSELF & SURVIVE YOUR LIFE.
Terkadang kita memang tidak bisa memilih mau dibawa kemana arah hidup kita kedepannya, namun hidup harus tetap dinikmati sebaik ataupun seburuk apapun tantangan di depan mata. Pada saat kita sehat jagalah kesehatan itu dengan sungguh-sungguh, Namun ketika dihadapkan dengan sakit terimalah dengan lapang dada dan berusahalah untuk sehat kembali. Jadilah Pejuang yang tidak gentar walaupun ada badai menghadang di depan mata, selama nafas masih ada di dalam tubuh dan waktu masih berjalan maju pasti masa depan akan jadi lebih baik.
No comments:
Post a Comment